Mengukir Budaya Dikala Arus Deras Millenial
Gambar 1.1. Logo Wiroto Craft
Gambar 1.2. Pendiri Wiroto Craft ( Wawang Supriyadi )
Keistimewaan
Wiroto Craft tercorak dari lahirnya desain desain yang terinspirasi dari budaya
Indonesia.
" Inspirasi
saya hadir dari kendaraan tradisional, seperti sepeda ontel, becak atau dokar,
dan juga wayang. Wayang saat ini sudah mulai dilupakan orang seiring
menjamurnya budaya modernisasi. Saya ingin mengangkat kembali budaya wayang,
mas. Mengajak masyarakat terutama generasi muda untuk mengenal wayang. Filosofi
wayang sangat bagus." ucap Pak Wawang. Saat beliau berkata demikian,
mungkin pendapat beliau sangatlah beralasan. Saat ini, mungkin bangsa Indonesia
telah banyak melupakan budaya budaya tradisional seperti ukiran kendaraan
tradisional ataupun wayang.
Gambar 1.3. Beberapa Hasil Kreativitas Pak Wawang
"JAS
MERAH, Jangan Sekali Kali Melupakan Sejarah". Kalimat emas yang
dikumandangkan Bung Karno seakan akan menggetarkan jiwa setiap insan Indonesia
akan berharganya sejarah.
Saat ini
mungkin tanpa disadari banyak dari kita melupakan wayang, padahal wayang
merupakan salah satu budaya inti Indonesia. Bayangkan pada jaman nenek moyang
Indonesia persebaran agama, petunjukan kerajaan, perayaan sakral sampai dengan
pertunjukkan seni selalu dihiasi dengan pertunjukkan wayang semalam suntuk.
Akan tetapi, saat ini budaya tersebut seperti perlahan tenggelam. Hal itulah
yang berusaha diangkat kembali oleh Wiroto Craft.
" Dalam
berkreasi terkadang saya menemukan inspirasi dari angkutan lawas, seperti kereta
kuda dan becak. Tapi saat ini kebanyakan sih wayang. Wayang itu seperti mempunyai seni tinggi dan
nilai jual yang tinggi juga. Yang saya sayangkan, pesanan kerajinan wayang ini
malah digemari wisatawan Eropa seperti Prancis dan Belanda. Wisatawan Indonesia
mungkin malah kurang berminat, padahal kan model angkutan tradisional, wayang
itu kan diambil dari sejarah Indonesia" ungkap Pak Wawang mengenai Wiroto
Craft.
Setiap
lelakon wayang itu hidup. Jiwanya senantiasa mewarnai kekayaan seni dan budaya
Indonesia. Oleh karena itu, saat popularitas wayang meredup, budaya Indonesia
seakan perlahan tenggelam.
Dalam perjalanan
perusahaan Wiroto Craft ini tentu tidaklah mudah. Dahulu pada saat masa jayanya
tahun 2005. Pak Wawang mengaku memperkerjakan 10 orang pegawai. Pada tahun 2006
terjadi gempa bumi di Yogyakarta, yang mana hal tersebut membawa pengaruh pada
Wiroto Craft. Gempa menjadi menjadi
kendala yang berat kala itu. Wiroto Craft bahkan sampai stagnan menghadapi
penurunan omzet dan ketidakmampuan memenuhi permintaan eksportir. Tapi
beruntung masih dapat dipertahankan. Tidak sampai disitu, badai krisis bahan
baku yang mahal juga ikut menjadi tembok penghalang bagi Pak Wawang.
" Saat
itu, saya sempat berfikir untuk mundur, tapi Alhamdulillah saya bisa berlanjut
karena banyak dukungan waktu itu. Yah... walaupun saya sempat memangkas beberapa
pegawai, tetapi masih bisa jalan. Salah satu bantuan yang luar biasa saya
rasakan dari Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), mas." kata Pak Wawang
mantap menambahkan. Pak Wawang sangat mengapresiasi bantuan dari yayasan
bentukan dari Astra tersebut. Bagaimana tidak, Yayasan Dharma Bhakti Astra
tidak hanya memberikan bantuan berupa pundi pundi rupiah. Yayaysan tersebut
memberikan saran, himbauan, meninjau perkembangan usaha hingga menyisipkan ide
ide cerdas yang membuat usahanya kian membaik.
"Bukan
nama besar, akan tetapi tetesan keringat, darah dan segenap komitmen kepada
bangsa yang membuat Astra selalu bersinar di usianya ke 60 dan seterusnya".
Jika kita
melihat lebih jauh, sebenarnya kisah semangat Pak Wawang melakukan perubahan
untuk negara Indonesia tersebut mempunyai persamaan dengan perusahaan Astra
Internasional. Persamaan yang jelas harus kita acungi jempol adalah semangat
berjuang dan pantang menyerah untuk membangun negeri. Jikalau Pak Wawang
berjuang melalui jatuh bangun untuk kembali membangkitkan kembali budaya untuk
kesejahteraan Indonesia. Astra juga melakukan hal yang sama. Melalui pilot
kendali William Soeryadjaya, 60 tahun lalu Astra Internasional berkomitmen
untuk mensejahterakan bangsa Indonesia tercinta.
Tepat pada
tanggal 20 Februari 1957, William Soeryadjaya mendirikan Astra Internasional.
Penamaan Astra itu tidak diambil tanpa arti, melainkan mempunyai arti Dewi
Terakhir yang terbang ke langit dan menjadi bintang bersinar menurut mitologi
Yunani. Hal ini menunjukkan bahwa Astra berkomitmen untuk menjadi harapan
bangsa (Dewi) yang selalu mensejahterakan Indonesia sampai akhir dan turut
menyinari Indonesia dengan menjadi bintang yang amat terang. Bukan hanya itu, kata
Internasional dibelakang nama Astra juga menjadi harapan bahwa Astra akan
melalang buana untuk dikenal diseluruh dunia dan bangga membawa nama Indonesia.
Dengan dibekali empat orang pegawai dan modal 2,5 juta rupiah Astra berkembang
menjadi perusahaan yang luar biasa hingga kini mimpinya terwujud untuk dikenal
di kancah Internasional dan ikut mensejahterakan bangsa Indonesia.
Bagai anak ayam
yang tak lupa dengan induknya , Astra Internasional melalui YDBA dengan setia
masih berkomitmen untuk mensejahterakan bangsa Indonesia, terbukti dengan
membantu Wiroto Craft. Astra mengerti betul bahwa perusahaan seperti Wiroto
Craft yang turut memperjuangkan bangsa Indonesia sangatlah perlu untuk dibantu.
Astra seakan mengerti bahwa pengusaha yang mempunyai komitmen kuat akan
bersinar dan turut membantu mensejahterakan Indonesia nantinya.
Oleh karena
itu, selamat ulang tahun Astra Internasional. Teruslah melaksanakan komitmen
untuk mensejahterakan negeri ini. Melalui produk produk yang senantiasa
menginspirasi negeri ini maupun melalui uluran tanganmu terhadap yang
membutuhkan di negeri ini. Semangat 60 tahun Astra membangun negeri Indonesia
tercinta,
wah, bagus banget ya hasil kerajinannya. Ini berarti beberapa produk yang ditemui kalau lagi main ke kota gede nih :D
BalasHapus