Mengukir Budaya Dikala Arus Deras Millenial

     

Gambar 1.1. Logo Wiroto Craft

     Cahaya senja perlahan turun menuju barat, ditemani rintik rintik hujan dan semburat pelangi menambah suasana tenang di sore itu. Diiringi lagu jenis retro aku duduk santai di teras Wiroto Craft. Sebuah tempat kerajinan tangan logam yang berdiri di Jalan. Pangeran Romo No.17, Prenggan, Kotagede, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Istimewa, kesan itulah yang aku dapati dari Wiroto Craft setelah berbincang dengan pendirinya.


Gambar 1.2. Pendiri Wiroto Craft ( Wawang Supriyadi )

        Adalah Wawang Supriyadi, orang dibalik kemudi layar Wiroto Craft selama lebih dari 10 tahun. Pak Wawang, begitu sapaan sehari harinya adalah sarjana teknik sipil. Selepas menyelesaikan kuliahnya, pak Wawang tidak ingin menjadi pegawai kantoran. Kegemaran meracik logam menjadi karya seni, menjadi alasan mengapa beliau memilih berwirausaha. Berbekal mesin pemotong, gerinda, penghalus, alumunium dan kreatifitas pak Wawang mendirikan Wiroto Craft.
        
Keistimewaan Wiroto Craft tercorak dari lahirnya desain desain yang terinspirasi dari budaya Indonesia.

         " Inspirasi saya hadir dari kendaraan tradisional, seperti sepeda ontel, becak atau dokar, dan juga wayang. Wayang saat ini sudah mulai dilupakan orang seiring menjamurnya budaya modernisasi. Saya ingin mengangkat kembali budaya wayang, mas. Mengajak masyarakat terutama generasi muda untuk mengenal wayang. Filosofi wayang sangat bagus." ucap Pak Wawang. Saat beliau berkata demikian, mungkin pendapat beliau sangatlah beralasan. Saat ini, mungkin bangsa Indonesia telah banyak melupakan budaya budaya tradisional seperti ukiran kendaraan tradisional ataupun wayang.
        




Gambar 1.3. Beberapa Hasil Kreativitas Pak Wawang

      Menyimak kata-kata Pak Wawang, saya jadi teringat sebuah ungkapan yang pernah dikumandangkan Sang Proklamator Indonesia.

"JAS MERAH, Jangan Sekali Kali Melupakan Sejarah". Kalimat emas yang dikumandangkan Bung Karno seakan akan menggetarkan jiwa setiap insan Indonesia akan berharganya sejarah.

         Saat ini mungkin tanpa disadari banyak dari kita melupakan wayang, padahal wayang merupakan salah satu budaya inti Indonesia. Bayangkan pada jaman nenek moyang Indonesia persebaran agama, petunjukan kerajaan, perayaan sakral sampai dengan pertunjukkan seni selalu dihiasi dengan pertunjukkan wayang semalam suntuk. Akan tetapi, saat ini budaya tersebut seperti perlahan tenggelam. Hal itulah yang berusaha diangkat kembali oleh Wiroto Craft.
         " Dalam berkreasi terkadang saya menemukan inspirasi dari angkutan lawas, seperti kereta kuda dan becak. Tapi saat ini kebanyakan sih wayang.  Wayang itu seperti mempunyai seni tinggi dan nilai jual yang tinggi juga. Yang saya sayangkan, pesanan kerajinan wayang ini malah digemari wisatawan Eropa seperti Prancis dan Belanda. Wisatawan Indonesia mungkin malah kurang berminat, padahal kan model angkutan tradisional, wayang itu kan diambil dari sejarah Indonesia" ungkap Pak Wawang mengenai Wiroto Craft.

Setiap lelakon wayang itu hidup. Jiwanya senantiasa mewarnai kekayaan seni dan budaya Indonesia. Oleh karena itu, saat popularitas wayang meredup, budaya Indonesia seakan perlahan tenggelam.

         Dalam perjalanan perusahaan Wiroto Craft ini tentu tidaklah mudah. Dahulu pada saat masa jayanya tahun 2005. Pak Wawang mengaku memperkerjakan 10 orang pegawai. Pada tahun 2006 terjadi gempa bumi di Yogyakarta, yang mana hal tersebut membawa pengaruh pada Wiroto Craft.  Gempa menjadi menjadi kendala yang berat kala itu. Wiroto Craft bahkan sampai stagnan menghadapi penurunan omzet dan ketidakmampuan memenuhi permintaan eksportir. Tapi beruntung masih dapat dipertahankan. Tidak sampai disitu, badai krisis bahan baku yang mahal juga ikut menjadi tembok penghalang bagi Pak Wawang.
         " Saat itu, saya sempat berfikir untuk mundur, tapi Alhamdulillah saya bisa berlanjut karena banyak dukungan waktu itu. Yah... walaupun saya sempat memangkas beberapa pegawai, tetapi masih bisa jalan. Salah satu bantuan yang luar biasa saya rasakan dari Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), mas." kata Pak Wawang mantap menambahkan. Pak Wawang sangat mengapresiasi bantuan dari yayasan bentukan dari Astra tersebut. Bagaimana tidak, Yayasan Dharma Bhakti Astra tidak hanya memberikan bantuan berupa pundi pundi rupiah. Yayaysan tersebut memberikan saran, himbauan, meninjau perkembangan usaha hingga menyisipkan ide ide cerdas yang membuat usahanya kian membaik.

"Bukan nama besar, akan tetapi tetesan keringat, darah dan segenap komitmen kepada bangsa yang membuat Astra selalu bersinar di usianya ke 60 dan seterusnya".

         Jika kita melihat lebih jauh, sebenarnya kisah semangat Pak Wawang melakukan perubahan untuk negara Indonesia tersebut mempunyai persamaan dengan perusahaan Astra Internasional. Persamaan yang jelas harus kita acungi jempol adalah semangat berjuang dan pantang menyerah untuk membangun negeri. Jikalau Pak Wawang berjuang melalui jatuh bangun untuk kembali membangkitkan kembali budaya untuk kesejahteraan Indonesia. Astra juga melakukan hal yang sama. Melalui pilot kendali William Soeryadjaya, 60 tahun lalu Astra Internasional berkomitmen untuk mensejahterakan bangsa Indonesia tercinta.
         Tepat pada tanggal 20 Februari 1957, William Soeryadjaya mendirikan Astra Internasional. Penamaan Astra itu tidak diambil tanpa arti, melainkan mempunyai arti Dewi Terakhir yang terbang ke langit dan menjadi bintang bersinar menurut mitologi Yunani. Hal ini menunjukkan bahwa Astra berkomitmen untuk menjadi harapan bangsa (Dewi) yang selalu mensejahterakan Indonesia sampai akhir dan turut menyinari Indonesia dengan menjadi bintang yang amat terang. Bukan hanya itu, kata Internasional dibelakang nama Astra juga menjadi harapan bahwa Astra akan melalang buana untuk dikenal diseluruh dunia dan bangga membawa nama Indonesia. Dengan dibekali empat orang pegawai dan modal 2,5 juta rupiah Astra berkembang menjadi perusahaan yang luar biasa hingga kini mimpinya terwujud untuk dikenal di kancah Internasional dan ikut mensejahterakan bangsa Indonesia.
         Bagai anak ayam yang tak lupa dengan induknya , Astra Internasional melalui YDBA dengan setia masih berkomitmen untuk mensejahterakan bangsa Indonesia, terbukti dengan membantu Wiroto Craft. Astra mengerti betul bahwa perusahaan seperti Wiroto Craft yang turut memperjuangkan bangsa Indonesia sangatlah perlu untuk dibantu. Astra seakan mengerti bahwa pengusaha yang mempunyai komitmen kuat akan bersinar dan turut membantu mensejahterakan Indonesia nantinya.
         Oleh karena itu, selamat ulang tahun Astra Internasional. Teruslah melaksanakan komitmen untuk mensejahterakan negeri ini. Melalui produk produk yang senantiasa menginspirasi negeri ini maupun melalui uluran tanganmu terhadap yang membutuhkan di negeri ini. Semangat 60 tahun Astra membangun negeri Indonesia tercinta,
          

Komentar

  1. wah, bagus banget ya hasil kerajinannya. Ini berarti beberapa produk yang ditemui kalau lagi main ke kota gede nih :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Identifikasi CAMBRA

Peraturan Etika dan Moral Dalam Kedokteran Gigi di Indonesia